Jumaat, 23 Januari 2009

~RAHSIA KHUSYUK dalam SOLAT~


Katakanlah: “Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am 6: 162)

Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, sangat waro’
(hati-hati) dan sangat khusyuk sholatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk. Maka ia selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih khusyuk dalam ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid (budak)
bernama Hatim Al Isam dan bertanya, “Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan sholat ?”

Hatim berkata, “Apabila masuk waktu sholat aku berwudhu zahir dan batin.”

Hisam bertanya,”Bagaimana wudhu zahir dan batin itu ?”

Hatim berkata, “Wudhu zahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh
semua anggota wudhu dengan air. Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara:

1. bertaubat
2. menyesali dosa yang dilakukan
3. tidak tergila-gila dunia
4. tidak mencari atau mengharap pujian orang (riya’)
5. tinggalkan sifat bangga
6. tinggalkan sifat khianat dan menipu
7. meninggalkan sifat dengki

Seterusnya Hatim berkata,”Lalu aku pergi ke masjid. Aku menghadap kiblat.
Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, surga disebelah kananku, neraka disebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian jembatan Sirotol Mustaqim. Aku juga menganggap bahwa sholatku kali ini adalah sholat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.”

Setiap bacaan dan doa dalam sholat kupahami maknanya, kemudian aku rukuk dan sujud dengan tawadhu. Aku bertasyah-hud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersholat selama 30 tahun, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS. Al An’am 6: 79)

Isam mendengar dengan penuh takjub, menangislah dia karena membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Tiada ulasan: